Salinan

Di atas debar yang menderai dalam dada, aku merangkai rinai aksara yang kubiarkan mengendap sejak lama. 

Aku tidak tahu, apakah hurufku cukup cakap untuk mengungkap apa yang akan aku maksud. 

Pada sebalik bibir langit dikala manis senja tiba, seraut senyummu kembali mengusik isak yang sudah tak lagi meluap. 

Menggugurkan pertahanan, membuat perlindunganku hancur berantakkan. 

Bermusim-musim lampau, aku dan kau pernah menitip asa pada mega di angkasa. 

Bersama mengikat simpul permuafakatan, membingkai rasa dalam rahsa buana penuh kasih sayang. 

Dan ketika waktu menuntut jatah untuk jatuh. 

Mengusir utuh menambah rapuh yang membuat luruh. 

Kau beranjak, bersama hatiku yang terinjak. 

Kau meninggalkan, ditengah kisah yang tengah asyik aku uraikan. 

Pedihnya tak terjabarkan, memberai harap yang sengaja aku tinggikan. 

Kau dan aku mematahkan hati masing-masing. 

Membuat kita usang, meski untuk sebuah tatap tak pernah terasa asing. 

Kau kembali melanjutkan perjalanan, meninggalkan aku. 

Meninggalkan hatiku dalam peluk malam yang mencekam. 

Kita kembali kedunia kita sendiri. 

Sekejap berpapasan, dan yang kita ukir hanya sebatas senyuman. 


Waktu berlalu lama. 

Dan aku masih sama. 

Cintaku masih sama, kasihku masih kau muaranya. 

Kau telah usai dengan kisahku. 

Sedang aku? 

Masih berdekap dengan kenangan, yang brutal mengetuk meminta masuk. 

Kupersilahkan barang sesaat. 

Aku pikir aku telah kuat. 

Dan ternyata, kepompong duka yang membungkus kian mengerat. 

Senja berbisik meminta pamit. 

Sang baskara beranjak melepas penat. 

Pintu kenangan yang sengaja kubuka, bagaimana agar tertutup seperti semula? 

Luka di dada serasa baru tercipta. 

Menggenangkan air mata, menambah sakit kian sakit rasanya. 


Kau tak ku persalahkan. 

Rindu yang bertandang tanpa salam, bukan kau yang menyebabkan. 

Ini salahku. 

Ini kebodohanku. 


By : Lentera Shenja.


Komentar

Postingan populer dari blog ini