Aku sengaja sering menuliskan rangkaian kata yang terbilang ambigu, dan bahkan sama sekali tidak bisa dimengerti. Berantakan, tak beraturan.
Yah, itu sengaja..,
Semua sengaja aku buat buta. Karena bagiku semua orang memiliki mata, hati, dan pikiran. Namun tidak semua mampu memahami perasaan.
Terkadang, meskipun berkata sejujur apapun, tanpa kosa kata yang rumit, tak ada bias yang membuat pusing pembaca, masih saja tak ada yang memahami isi yang disampaikan.
Semua orang berhak menilai, menafsirkan segala bahasa yang terdengar, terlihat dan terasa.
Kita semua memiliki indera yang sama, Tapi Tuhan menganugerahkan kemampuan indera yang berbeda.
Tak jarang ku temui, "keakukan" dari banyaknya persepsi yang di kemukakan para pujangga.
Aku tersenyum dan menghargai.
Di sisi lain ada insan yang memaksa untuk memiliki kemampuan yang sama, pemahaman yang sama, dan keyakinan.
Aku masih tersenyum, memandangi tirai kata dari banyak rupa yang di suguhkan.
Wajah-wajah penuh kepalsuan, menepel pada dinding kesombongan diantara keangkuhan.
Disini..
Dari jiwa yang menalar segala naluri yang merobekan nestapa, aku tidak menjelma sebagai apapun.
Aku tetap menjadi aku, yang tak mampu merubah mawar layu untuk hidup kembali.
Aku bahkan tak mampu memberi cahaya harapan ketika butuh pelukan hangat dan kasih sayang.
Aku hanya mampu menerawang dalam diam, tanpa bisa berpura-pura terlihat sempurna.
Aku tak lebih dari kunang kunang malam.
Hadir di antara dedaunan basah, sesaat hujan mulai reda, tangismu mulai berhenti.
Aku masih disini, bersembunyi dalam bayanganku sendiri.
Maaf wahai dunia, lampu kota terlalu terang, untuk aku yang hanya sebatas kunang kunang.
#ediarry🥀
Komentar
Posting Komentar